"tidak adakah.... pelajaran yang dapat dipetik dari mengunjungi dan membaca Risalah elkahfie...??!!!"

Minggu, 27 Mei 2012

Bocor Alus

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 
رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة

Dari Amirul mu’minin Abi Hafsh Umar Ibn Alkhattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata: aku telah mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang memperoleh apa yang diniatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia dan wanita yang dikejarnya atau dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepadanya.” (HR.Bukhary-Muslim)
sebuah amal kebaikan akan menjadi ibadah yang diterima, manakala diniatkan dengan niat yang baik disertai dengan keikhlasan, sebaliknya ia akan menjadi buruk, manakala diniatkan dengan niat buruk di ikuti dengan kesyirikan (baik syirik kecil maupun besar), dituturkan dalam hadits diatas, yaitu: ada seseorang yang ber-hijrah dari Mekkah menuju ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Tidak di benarkan menghalalkan yang haram sekalipun dengan niat yang baik. Terkadang kita bersembunyi dibalik kata niat, bahkan sering kata-kata itu keluar untuk mempertahankan sesuatu yang kita anggap benar menurut hawa nafsu kita “yang penting kan niatnya, bukankah niat kita baik ...??”
Tak ada manusia di muka bumi ini yang mengaku punya niat buruk, bukankah para penjahat, pencuri dan perampok jika ditanya: "kenapa engkau (penjahat, pencuri dan perampok) melakukan kejahatan itu (mencuri/ merampok) ....??" niscaya mereka mengatakan bahwa niat mereka baik –untuk menafkahi anak dan isteri-
Seandainya amalan yang buruk atau jahat itu bisa menjadi baik karena niat, dan yang haram bisa menjadi halal (bukan dalam hal darurat) juga karena niat, maka apa bedanya ajaran yang suci ini (Islam) dengan (jahiliyyah) Yang menghalalkan segala cara?.

Allah SWT, berfirman: QS.Huud:15-16:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan."
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan."

Didalam Tafsir Ibnu Katsir: Al-'Aufi menceritakan dari Ibnu 'Abbas mengenai ayat ini (Huud:15-16), bahwa orang yang suka berbuat riya' (pamer), akan di datangkan kepada mereka kebaikan mereka di dunia. Dan dalam perkara itu mereka tidak di zhalimi sedikitpun. Allah SWT, berfirman: "Barangsiapa berbuat amal shalih dengan tujuan untuk kepentingan dunia, baik itu berupa puasa, shalat atau tahajjud pada malam hari, tidak ia kerjakan kecuali (hanya) untuk memperoleh keduniaan."

Lebih lanjut Allah Ta'ala berfirman: "Yakni orang yang mengejar balasan di dunia sehingga amal yang dikerjakan itu sia-sia karena tersingkir oleh tujuan-tujuan duniawi, maka di akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang merugi"

Demikian itulah yang diriwayatkan dari Mujtahid adh-Dhahhak dan beberapa ulama' lainnya.

Sedangkan Anas bin Malik dan Al-Hasan berkata: "ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani"

Qatadah mengemukakan: "Barangsiapa yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan, niat dan dambaannya, Maka Allah akan memberikan balasan di dunia atas kebaikannya yang telah ia lakukan, sehingga ketika menuju alam akhirat kelak, tidak ada lagi kebaikan baginya yang dapat diberikan sebagai balasan.

Sedangkan orang mukmin maka ia akan diberikan balasan di dunia atas kebaikan yang telah dilakukannya dan diberikan pula pahala atasnya kelak di alam akhirat.

Dalam Surat yang lain Allah SWT berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (QS. Asy-Syuura: 20)

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا , وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى 

"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'laa: 16-17)

Tipu daya dan godaan yang senantiasa menyerang kita dari waktu ke waktu... bahkan semakin terasa sangat berbahaya, sebab batasan antara kenikmatan dan kelaknatan itu tipis sekali, batasan antara kemauan nafsu dengan hasrat jiwa yang suci juga tipis sekali, ini namanya skandal dan kami menyebutnya bocor alus. skandal yang paling berbahaya adalah skandal qalbu, karena yang diajak berselingkuh adalah syetan dan hawa nafsu.

Sedangkan Iblis menyatakan untuk menyesatkan semua umat manusia, dengan memandang baik setiap perbuatan buruknya.

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Iblis berkata : "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS.Al-Hijr:39)
dalam ayat yang lain, iblis bersumpah di hadapan Allah SWT:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ , إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (QS.Shaad:82-83)

Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mukhlis dan dijauhkan dari tipu daya iblis dan godaan-godaan syetan, dan semoga kita mendapatkan limpahan taufiq dan hidayah dari Allah SWT, sehingga dapat taat dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya.

Minggu, 03 April 2011

Tawassul

وعن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب، رضي الله عنهما قال‏:‏ سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول‏:‏ ‏"‏ انطلق ثلاثة نفر ممن كان قبلكم حتى آواهم المبيت إلى غار فدخلوه، فانحدرت صخرة من الجبل فسدت عليهم الغار، فقالوا‏:‏ إنه لا ينجيكم من هذه الصخرة إلا أن تدعوا الله بصالح أعمالكم‏.‏ قال رجل منهم‏:‏ اللهم كان لي أبوان شيخان كبيران، وكنت لا أغبق قبلهما أهلاً ولا مالاً‏.‏ فنأى بى طلب الشجر يوماً فلم أرح عليهما حتى ناما فحلبت لهما غبوقهما فوجدتهما نائمين فكرهت أن أوقظهما وأن أغبق قبلهما أهلاً أو مالاً، فلبثت- والقدح على يدى- أنتظر استيقاظهما حتى برق الفجر والصبية يتضاغون عند قدمى- فاستيقظا فشربا غبوقهما‏.‏ اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة، فانفرجت شيئاً لا يستطيعون الخروج منه‏.‏ قال الآخر‏:‏ اللهم إنه كانت لي ابنة عم كانت أحب الناس إلىّ ‏"‏ وفى رواية‏:‏ ‏"‏كنت أحبها كأشد ما يحب الرجال النساء، فأردتها على نفسها فامتنعت منى حتى ألمّت بها سنة من السنين فجاءتنى فأعطيتها عشرين ومائة دينار على أن تخلى بينى وبين نفسها ففعلت، حتى إذا قدرت عليها‏"‏ وفى رواية‏:‏ ‏"‏فلما قعدت بين رجليها، قالت‏:‏ اتق الله ولا تفض الخاتم إلا بحقه، فانصرفت عنها وهى أحب الناس إلى وتركت الذهب الذى أعطيتها، اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج عنا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة غير أنهم لا يستطيعون الخروج منها‏.‏ وقال الثالث‏:‏ اللهم استأجرت أجراء وأعطيتهم أجرهم غير رجل واحد ترك الذى له وذهب، فثمرت أجره حتى كثرت منه الأموال، فجاءنى بعد حين فقال‏:‏ يا عبد الله أدّ إلى أجرى، فقلت‏:‏ كل ما ترى من أجرك‏:‏ من الإبل والبقر والغنم والرقيق‏.‏ فقال‏:‏ يا عبد الله لا تستهزئ بى‏!‏ فقلت‏:‏ لا أستهزئ بك، فأخذه كله فاستاقه فلم يترك منه شيئاً، اللهم إن كنتُ فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج عنا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة فخرجوا يمشون‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Abdur Rahman, Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu 'anhuma, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ada tiga orang dari golongan orang-orang sebelummu sama berangkat berpergian, sehingga terpaksalah untuk menempati sebuah gua guna bermalam, kemudian merekapun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung, lalu menutup gua itu atas mereka. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau semua dari batu besar ini melainkan jikalau engkau semua berdoa kepada Allah Ta'ala dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik.

Seorang dari mereka itu berkata: "Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu - yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya saya pun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajar pun menyingsing, Anak-anak kecil menangis kerana kelaparan dan mereka berada di dekat kedua kaki saya. Setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keridhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini." Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum lagi dapat keluar dari gua.

Yang lain berkata: "Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak bapak saudara yang wanita - sepupu wanita - yang merupakan orang yang tercinta bagiku dari sekalian manusia - dalam sebuah riwayat disebutkan: Saya mencintainya sebagai kecintaan orang-orang lelaki yang amat sangat kepada wanita - kemudian saya menginginkan dirinya, tetapi ia menolak kehendakku itu, sehingga pada suatu tahun ia memperoleh kesukaran. la pun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus dua puluh dinar padanya dengan syarat ia suka menyendiri antara tubuhnya dan antara tubuhku -maksudnya suka dikumpuli dalam seketiduran. Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya - dalam sebuah riwayat lain disebutkan: Setelah saya dapat duduk di antara kedua kakinya - sepupuku itu lalu berkata: "Takutlah engkau pada Allah dan jangan membuka cincin - maksudnya cincin di sini adalah kemaluan, maka maksudnya ialah jangan melenyapkan kegadisanku ini - melainkan dengan haknya - yakni dengan perkawinan yang sah -, lalu saya pun meninggalkannya, sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih juga belum dapat keluar dari dalamnya.

Orang yang ketiga lalu berkata: "Ya Allah, saya mengupah beberapa kaum buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing, kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu saya perkembangkan sehingga bertambah banyaklah hartanya tadi. Sesudah beberapa waktu, pada suatu hari ia mendatangi saya, kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu. Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itu pun mengambil segala yang dimilikinya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kita dari kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu lalu membuka lagi dan mereka pun keluar dari gua itu. (Muttafaq 'alaih).


Keterangan:

Beberapa kandungan yang penting-penting dalam Hadits di atas, yaitu:

(a) Kita disunnahkan berdoa kepada Allah di kala kita sedang dalam keadaan yang sulit, misalnya mendapatkan malapetaka, kekurangan rezeki dalam kehidupan, sedang sakit dan lain-lain.

(b) Kita disunnahkan bertawassul dengan amal perbuatan kita sendiri yang shalih, agar kesulitan itu segera lenyap dan diganti dengan kelapangan oleh Allah Ta'ala. Bertawassul artinya membuat perantaraan dengan amal shalih itu, agar permohonan kita dikabulkan olehNya. Bertawassul dengan cara seperti ini tidak ada seorang ulama pun yang tidak membolehkan. Jadi beliau-beliau itu sependapat tentang bolehnya.

Juga tidak diperselisihkan oleh para alim-ulama perihal bolehnya bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh Sayidina Umar r.a. dengan bertawassul kepada Sayidina Abbas, agar hujan segera diturunkan.

Yang diperselisihkan ialah jikalau kita bertawassul dengan orang-orang shalih yang sudah wafat, maksudnya kita memohonkan sesuatu kepada Allah Ta'ala dengan perantaraan beliau-beliau yang sudah di dalam kubur agar ikut membantu memohonkan supaya doa kita dikabulkan. Sebahagian alim-ulama ada yang membolehkan dan sebahagian lagi tidak membolehkan.

Jadi bukan orang-orang shalih itu yang dimohoni, tetapi yang dimohoni tetap Allah Ta'ala, tetapi beliau-beliau dimohon untuk ikut membantu mendoakan saja. Kalau yang dimohoni itu orang-orang yang sudah mati, sekalipun bagaimana juga shalihnya, semua alim-ulama Islam sependapat bahwa perbuatan sedemikian itu haram hukumnya. Sebab hal itu termasuk syirik atau menyekutukan sesuatu dengan Allah Ta'ala yang Maha Kuasa Mengabulkan segala permohonan.

Namun demikian hal-hal seperti di atas hanya merupakan soal-soal furu'iyah (bukan akidah pokok), maka hendaknya jangan menyebabkan retaknya persatuan kita kaum Muslimin

Selasa, 21 Desember 2010

Hakekat Sebenarnya Kita

Dahulu kala…
terdapat sebatang pohon jambu yang amat besar. Dan seorang anak lelaki yang begitu gemar bermain-main di sekitar pohon jambu ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan jambu sepuas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon jambu tersebut. Anak lelaki itu begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon jambu pun demikian… ia juga menyukai anak tersebut.

Hari berganti...
anak lelaki itu sudah tumbuh besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon jambu tersebut.
Namun demikian, suatu hari dia datang kepada pohon jambu tersebut dengan wajah yang sedih.
"Janganlah bersedih… bermain-mainlah di sekitarku…," ajak pohon jambu itu.
"Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain denganmu...," jawab remaja itu.
"Yang aku inginkan adalah permainan…. Dan aku memerlukan uang untuk membelinya…," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon jambu itu berkata, "Kalau begitu..., petiklah jambu-jambu yang ada padaku. Lalu juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan…!!!"
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua jambu dipohon itu dan pergi dari tempat itu. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon jambu pun merasa sedih.

Masa berlalu...
Suatu hari, remaja itu kembali. Dan dia semakin dewasa.
Pohon jambu itu merasa gembira."Kemarilah… bermain-mainlah di sekitarku…," ajak pohon jambu itu.
"Aku tiada waktu lagi untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah, sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Dapatkah kau menolongku?..." Tanya lelaki itu.
"Maafkan aku…. Aku tidak mempunyai rumah, Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan buatlah rumah daripadanya." Pohon jambu itu memberikan dahan-dahannya.
Lantas…, remaja yang semakin dewasa itu, memotong semua dahan pohon jambu itu dan pergi dengan gembira.
Pohon jambu itu pun turut gembira, tetapi kemudian… ia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas….,
seorang lelaki datang menemui pohon jambu itu. Sebenarnya dia adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon jambu itu. Dia telah matang dan dewasa.
"Kemarilah… bermain-mainlah di sekitarku…," ajak pohon jambu itu.
"Maafkan aku…, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu, Aku sudah dewasa…. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Tetapi… aku tidak mempunyai rakit untuk berlayar, Dapatkah kau menolongku?..." Tanya lelaki itu.
"Aku tidak mempunyai rakit untuk kuberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong batangku untuk kau jadikan rakit. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon jambu itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon jambu itu.
Dia kemudiannya pergi dari dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun demikian…,
pada suatu hari..., seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon jambu itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon jambu itu.
"Maafkan aku…. Aku tidak mempunyai ada apa-apa lagi untuk kuberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual…, Kuberikan dahanku untuk kau buat rumah…, Kuberikan batangku untuk kau jadikan rakit…., Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon jambu itu dengan nada pilu.
"Aku tidak menginginkan buahmu karena aku sudah tidak bergigi lagi untuk memakannya, aku juga tidak menginginkan dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, dan aku juga tidak menginginkan batang pohonmu karena aku tak ingin belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat….," jawab lelaki tua itu.
"Kalau begitu…, istirahatlah di perduku....!!," kata pohon jambu itu.
Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon jambu itu hingga terlelap. Mereka berdua menangis gembira….

Sebenarnya, pohon jambu yang dimaksudkan didalam cerita ini adalah kedua orang tua kita. Bila kita masih kecil, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk melanjutkan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan.
Namun demikian, mereka tetap membantu kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam menjalani kehidupan. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon jambu itu, tetapi fikirkanlah... !! itulah hakikatnya bagaimana kebanyakan kita… Hargailah jasa orang tua kepada kita. Jangan hanya menghargai mereka semasa menyambut hari ibu setiap tahun saja…...



**************************

Disaat Ibumu tidur lelap...
cobalah kau pandangi dia dalam-dalam...!!
"Bayangkan... jika matanya tak terbuka lagi selamanya....
tangannya.. tak mampu lagi menghapus air matamu....
tak ada lagi nasehat-nasehatnya... yang sering kau abaikan...
Bayangkan... apabila Ibumu sudah tiada....
apakah kamu sudah mampu membahagiakannya....???
yang sekian kalinya ia selalu membahagiakanmu....
memenuhi semua kehendakmu...."