"tidak adakah.... pelajaran yang dapat dipetik dari mengunjungi dan membaca Risalah elkahfie...??!!!"

Selasa, 06 Juli 2010

"berDzIKIR apa memBEO...???"


Sahabat…, yang Tua dan yang Muda, yang Alim dan yang Awam, yang Kaya dan yang Fakir, yang Pejabat dan yang Rakyat biasa, hampir setiap saat… setiap waktu… dan di setiap tempat… kita sering berdzikir: Subhanallah… Alhamdulillah… Laailahaillallah… Allah Akbar…
Pada dasarnya berdzikir/ mengingat Allah, hakikatnya dan manfaatnya kembali kepada kita, untuk diri kita sendiri. Sesuai dengan firman Allah SWT: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d: 28).
Hikmah Dzikir itu diantaranya adalah dapat menenangkan hati. Jika sahabat sudah berdzikir, Subhanallah…, Alhamdulillah…., Laailahaillallah…, Allahu Akbar…, atau dzikir-dzikir yang lain, tetapi tidak menimbulkan rasa tenteram di hati sahabat, janganlah engkau bersedih hati. Sebab tujuan utama dzikir itu bukanlah mencari ketenangan, akan tetapi tujuan dzikir itu adalah menuju kepada Allah dan kembali kepada Allah dengan selalu bertafakkur akan kebesaran -kebesaran-Nya. Jika sahabat bisa menuju dan kembali kepada Allah serta bertafakkur, dipastikan sahabat bisa meraih ketenteraman dalam hati.
Tidak tercapainya ketentraman hati ketika berdzikir, mungkin disebabkan karena tujuan kita berdzikir bukan karena Allah, bukan menuju dan kembali kepada Allah. Tetapi masih ada tujuan-tujuan lain, seperti agar bisnis kita maju, agar karier kita memuncak, agar sukses dan lain sebagainya. Tujuan-tujuan selain Allah itulah yang mengkabuti jiwa kita. Sebab jika kita mempunyai tujuan-tujuan atau sesuatu yang kita mohonkan kepada Allah, maka tempatnya ada dalam do’a. Dan ketika kita selesai berdzikir, baru kita berdo’a. Bukan pada saat kita berdzikir!!!… Di sebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Fajr: 27-28 “ Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Jiwa akan tenang kalau tujuan kita adalah meraih Ridha-Nya. Dan jiwa yang diridhai itu adalah jiwa yang senantiasa mengembalikan segalanya kepada Allah Azza Wa Jalla. Hindarilah kata-kata seperti: “seandainya dulu begini… begitu…, pasti tidak begini… begitu…” pengandaian terhadap hal-hal yang telah lalu hanyalah omongan hawa nafsu, yang ujung-ujungnya menjadi tunggangan syetan laknatullah. Sebagaimana tertulis dalam Al Qur’an Surat An Naml: 4, Allah SWT berfirman: ”…Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka…”.

Alkisah: Seorang Kyai dengan Ilmu hikmahnya yang luas, memiliki seekor burung beo yang pandai mengucapkan Salam dan kalimat-kalimat Dzikir: ”Subhanallah, Alhamdulillah, Laailahaillallah, Allahu Akbar..” setiap saat diulang-ulangnya kalimat itu, tiada hari tanpa berdzikir… makin hari, makin fasih aja si burung. Pak Kyai senangnya bukan main, hampir tiap hari ada saja orang yang menawar (untuk membelinya), tapi dengan tegas Pak Kyai selalu mengatakan tidak dijual berapa pun harganya. Hingga suatu hari si burung beo (burung kesayangan Pak Kyai) disambar kucing, dan terdengar suaranya yang nyaring saat sakaratul maut ”keak… keak… keak…”. Pak Kyai melihat sendiri kejadian itu. Akibatnya, Beliau pun menangis dan bersedih selama ber hari-hari. Sampai seorang santri memberanikan diri untuk bertanya perihal apa yang telah terjadi hingga Pak Kyai sangat sedih?…

”Sembari meneteskan air mata, Pak Kyai menjelaskan bahwa burung beo-nya telah mati disambar kucing, padahal burung itu senantiasa mengucapkan kalimat-kalimat dzikir. ”Dan yang membuatku sedih adalah ketika burung beo itu mengalami sakaratul maut, burung beo itu tidak mengucapkan kalimat-kalimat dzikir yang biasa dibacanya setiap hari, tapi hanya ”keak… keak… keak… kata-kata itu yang keluar dari paruhnya… itu sebabnya aku menangis sedih…” kata Pak Kyai.
”Lebih sedih lagi, ketika aku teringat betapa setiap hari kita berdzikir, Subhanallah…, Alhamdulillah…, Laailahaillallah..,. Allahu Akbar…, dan setiap kita (makhluk hidup) pasti akan mengalami kematian. Mungkinkah, saat sakaratul maut nanti kita membawa/ mengucapkan dzikir-dzikir yang biasa kita ucapkan seperti saat kita masih hidup?..”. Sambil menahan isak tangis Beliau kembali bertanya: ”Atau mungkin, saat ini kita tidak sedang berdzikir, tapi kita sedang membeo?..”
”Astaghfirullahal Adlim…"

Sahabat… cerita di atas dapat kita simpulkan bahwa dzikir yang sebenarnya adalah dzikir yang ikhlas dari dalam hati kita, bukan hanya di bibir. Karena dengan keikhlasan itu, maka hati akan senantiasa menuntun anggota tubuh kita untuk ikut selalu berdzikir secara spontanitas. Hal ini disebab kan karena kebarokahan akan ke-”istiqomah”an (berkelanjutan/ terus menerus) itu sendiri.
Sesuai dengan hadits Nabi SAW ”Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah”.
Sedangkan dzikir itu bermacam-macam, baik dari ucapan maupun amal perbuatan. Sehingga kita bebas mengamalkannya sesuai dengan yang kita suka, yang kita inginkan, dan yang kita mampu. Asalkan diiringi dengan rasa ikhlas semata-mata mengharap ridlo Allah SWT serta tidak melenceng dari syariat Islam.
Wallahu bis showab…

3 komentar:

  1. semoga kita tdk seperti beo....Amin

    :)

    BalasHapus
  2. sesungguhnya hanya dengan berdzikr (mengingat Allah) hati menjadi tenang..

    BalasHapus
  3. Smg Keikhlasan bisa slalu ada di hati qt,,
    Agar tidak seperti beo,, Amin,,

    BalasHapus